Al Hikmah

Empat Samudera

[321] Sebagian orang bijak berkata, “Empat samudera untuk empat perkara. Kematian adalah samudera –untuk menenggelamkan- kehidupan. Nafsu adalah samudera untuk syahwat. Kubur adalah samudera penyesalan. Dan pemaafan dari Allah adalah samudera bagi kesalahan-kesalahan.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 124)

Hari Kemiskinan

[322] Abud Darda’ radhiyallahu’anhu berkata, “Maukah aku kabarkan tentang hari kefakiranku? Yaitu hari ketika aku turun ke kuburku.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 125)

Nasehat Umat Terdahulu

[323] Sebagian orang salih berkata, “Cukuplah bagimu kubur untuk mengerti nasehat-nasehat umat terdahulu yang telah berlalu.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 125)

Manfaat Mengingat Kubur

[324] Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Baranngsiapa memperbanyak mengingat tentang alam kubur niscaya dia akan mendapati kuburnya menjadi salah satu taman surga. Dan barangsiapa yang lali dari mengingatnya niscaya dia akan mendapati kuburnya sebagai salah satu lubang menuju neraka.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 127)

Kemunafikan

[325] Diriwayatkan bahwa Hasan al-Bashri rahimahullah melihat ada seseorang yang makan di pekuburan. Maka beliau pun berkata, “Ini adalah orang munafik. Kematian ada di hadapannya sementara dia justru menikmati makanan.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 131)

Kembali Kepada-Nya

[326] Suatu ketika Abu Hazim rahimahullah ditanya, “Bagaimanakah keadaan orang yang menghadap kepada Allah?” Beliau menjawab, “Adapun orang yang taat maka keadaannya seperti kedatangan seorang yang telah pergi lama kepada sanak keluarganya yang sangat rindu kepadanya. Adapun orang yang maksiat, maka kedatangannya seperti halnya kedatangan seorang budak yang durhaka meninggalkan majikannya dalam keadaan sangat marah.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 139)

Mengapa Tertawa-tawa

[327] Dikisahkan dari al-Hasan, bahwa beliau berkata: Ada seorang lelaki berkata kepada saudaranya, “Wahai saudaraku, pernahkah dating kepadamu ayat yang mengatakan bahwa kalian [manusia] pasti akan menghampiri neraka?” Maka dia menjawab, “Iya.” Lalu orang itu bertanya, “Lalu apakah pernah datang kepadamu berita bahwasanya kamu pasti bebas dari siksanya?” Maka dia menjawab, “Tidak ada.” Lalu orang itu mengatakan, “Lantas untuk apa engkau tertawa-tawa?” Akhirnya lelaki itu tidak pernah terlihat tertawa-tawa hingga kematiannya (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 140-141)

Saat Yang Dinantikan

[328] Abu Hazim rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam, setelah kematian barulah akan datang kepadamu kabar itu [mengenai nasibmu].” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 142)

Angan-Angan Yang Tidak Akan Terwujud

[329] Sebagian orang bijak memberikan nasehat, “Wahai saudaraku, waspadalah engkau dari kematian di dunia ini, sebelum engkau menemui suatu negeri [akhirat] yang engkau mengangankan kematian di sana dan engkau tidak akan bisa menemukannya.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 145)

Menjalarnya Dosa

[330] Sebagian orang salih berkata, “Meresapnya dosa ke dalam hati seperti jatuhnya minyak di atas pakaian. Jika kamu tidak segera mencucinya dia akan merembet kemana-mana.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 152)
 
Top