Al Hikmah

Lebih Suka Menjadi Budak

[200] Ketika [khalifah] Abdul Malik bin Marwan hendak menjumpai saat-saat kematiannya, beliau pun berkata, “Demi Allah, aku berangan-angan seandainya aku hanyalah seorang budak milik seorang lelaki dari Tihamah yang menggembalakan kambing-kambing kecil di bukit-bukit dan tidak menjadi penguasa.” (lihat Aina  Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 73)

Takut Mati

[201] Abu Sulaiman ad-Darani rahimahullah berkata: Aku berkata kepada Ummu Harun seorang wanita ahli ibadah, “Apakah anda menyukai kematian?”. Dia berkata, “Tidak.” Aku katakan, “Mengapa?”. Dia menjawab, “Seandainya kamu berbuat durhaka kepada seorang makhluk pastilah kamu tidak senang bertemu dengannya. Lantas bagaimana lagi jika kepada al-Khaliq [Allah] jalla jalaaluhu.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 69)

Bukan Mubadzir

[202] Mujahid rahimahullah berkata, “Seandainya seorang insan menginfakkan semua hartanya di jalan yang benar maka hal itu bukanlah perbuatan mubadzir/pemborosan. Namun, jika dia menginfakkan satu mud saja dalam hal kebatilan maka itu adalah mubadzir.” (lihat Fath al-Hamid fi Syarh at-Tauhid [1/211])

Hati, Amalan, dan Niat

[203] Mutharrif bin Abdillah asy-Syikhkhir rahimahullah berkata, “Baiknya hati dengan baiknya amalan. Adapun baiknya amalan adalah dengan baiknya niat.” (lihat Iqazh al-Himam al-Muntaqa min Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 35)

Pengaruh Niat

[204 Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata, “Betapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena niatnya, dan betapa banyak amal yang besar menjadi kecil karena niatnya.” (lihat Iqazh al-Himam al-Muntaqa min Jami' al-'Ulum wa al-Hikam, hal. 35)

Menasehati Penguasa

[205] Imam Ibnu ash-Sholah rahimahullah berkata, “Nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin adalah dengan membantu mereka dalam kebenaran, mentaati mereka di dalamnya, mengingatkan mereka terhadap kebenaran, memberikan peringatan kepada mereka dengan lembut, menjauhi pemberontakan kepada mereka, mendoakan taufik bagi mereka, dan mendorong orang lain (masyarakat) untuk juga bersikap demikian.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 103)

[206] an-Nawawi rahimahullah menerangkan, “Nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin adalah dengan membantu mereka dalam kebenaran, mentaati mereka di dalamnya, memerintahkan mereka untuk menjalankan kebenaran, memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka dengan lemah lembut dan halus, memberitahukan kepada mereka hal-hal yang mereka lalaikan, menyampaikan kepada mereka hak-hak kaum muslimin yang belum tersampaikan kepada mereka, tidak memberontak kepada mereka, dan menyatukan hati umat manusia (rakyat) supaya tetap mematuhi mereka.” (lihat Syarh Muslim [2/117])

Iman Abu Bakar

[207] Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu berkata, “Seandainya ditimbang iman Abu Bakar dengan iman seluruh penduduk bumi, niscaya lebih berat iman Abu Bakar.” (lihat as-Sunnah li Abdillah ibni Ahmad ibni Hanbal, Jilid 1 hal. 378)

Hidup dan Matinya Hati

[208] Ibnul Mubarak rahimahullah berkata dalam syairnya,

Kulihat tumpukan dosa mematikan hati

Mengidapnya membuat diri bertambah hina

Meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati

Yang terbaik untukmu tentu mencampakkannya. (lihat Tazkiyat an-Nufus, hal. 32)

Menjernihkan Hati

[209] Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang menginginkan kejernihan hatinya hendaknya dia lebih mengutamakan Allah daripada menuruti berbagai keinginan hawa nafsunya. Hati yang terkungkung oleh syahwat akan terhalang dari Allah sesuai dengan kadar kebergantungannya kepada syahwat. Hancurnya hati disebabkan perasaan aman dari hukuman Allah dan terbuai oleh kelalaian. Sebaliknya, hati akan menjadi baik dan kuat karena rasa takut kepada Allah dan berdzikir kepada-Nya.” (lihat al-Fawa’id, hal. 95)

Sebabnya Adalah Dirimu

[210] Dikisahkan, ada seorang tukang kisah mengadu kepada Muhammad bin Wasi’. Dia berkata, “Mengapa aku tidak melihat hati yang menjadi khusyu’, mata yang mencucurkan air mata, dan kulit yang bergetar?”. Maka Muhammad menjawab, “Wahai fulan, tidaklah aku pandang orang-orang itu seperti itu kecuali diakibatkan apa yang ada pada dirimu. Karena sesungguhnya dzikir/nasehat jika keluar dari hati [yang jernih] niscaya akan meresap ke dalam hati pula.” (lihat Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 12)
 
Top