Wasiat Berharga
[331] Seorang lelaki berkata kepada Zuhair bin Nu’aim, “Wahai Abu Abdirrahman, engkau ingin memberikan wasiat?”. Dia menjawab, “Iya, waspadalah engkau. Jangan sampai Allah mencabut nyawamu sedangkan kamu tenggelam dalam kelalaian.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 142)
Angan-Angan Yang Sudah Terlambat
[332] Ibrahim bin Abi ‘Abdah rahimahullah berkata, “Aku mendengar bahwa seorang mukmin apabila meninggal maka dia akan berangan-angan untuk bisa kembali ke dunia; hal itu bukan karena apa-apa melainkan agar dia bisa bertakbir walaupun sekali saja, bertahlil dan bertasbih walaupun sekali saja.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 143)
Tangisan Kejujuran
[333] Ketika kematian hendak menghampiri Abdullah bin ‘Ali dia pun menangis. Lalu ada yang bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Beliau menjawab, “Aku menangisi keteledoranku pada hari-hari yang telah berlalu dan sedikitnya amalku untuk meraih surge yang tinggi serta –sedikitnya bekalku- untuk menyelamatkan diri dari api neraka.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 149)
Pengagungan Sholat
[334] Adi bin Hatim radhiyallahu’anhu berkata, “Tidaklah ditegakkan sholat –dikumandangkan iqomah- semenjak aku masuk Islam, melainkan aku berada dalam keadaan telah berwudhu/bersuci.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 173)
[335] Sa’id bin al-Musayyib rahimahullah berkata, “Tidak pernah aku luput dari takbir yang pertama sejak lima puluh tahun lamanya, dan aku tidak pernah melihat kepada tengkuk seorang pun –di hadapanku- di dalam sholat [artinya beliau selalu berada di shaf terdepan, pent] sejak lima puluh tahun lamanya.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 174)
[336] Waki’ bin al-Jarrah rahimahullah berkata, “Adalah al-A’masy hampir tujuh puluh tahun lamanya beliau tidak pernah luput dari takbir yang pertama.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 175)
[337] Ibnu Sima’ah rahimahullah berkata, “Aku telah menjalani waktu empat puluh tahun dalam keadaan tidak luput dariku takbir yang pertama kecuali pada hari meninggalnya ibuku.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 175)
[338] Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah berkata, “Jika kamu melihat seorang [periwayat] yang meremehkan takbir yang pertama maka cucilah kedua tanganmu darinya [jangan mengambil riwayat darinya].” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 176)
[339] Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata, “Jika kamu melihat seorang [periwayat] yang meremehkan takbir yang pertama maka cucilah kedua tanganmu darinya [jangan mengambil riwayat darinya].” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 176)
[340] Muhammad bin al-Mubarak ash-Shuri berkata, “Adalah Sa’id bin Abdul ‘Aziz apabila tertinggal dari sholat jama’ah maka beliau pun menangis.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 176)