Bau Dosa
[145] Muhammad bin Wasi’ rahimahullah berkata, “Seandainya dosa itu memiliki bau [tidak sedap] maka niscaya tidak ada seorang pun yang sanggup untuk duduk bersamaku.” (lihat Muhasabat an-Nafs wa al-Izra’ ‘alaiha, hal. 82)
Waktu Untuk Istirahat
[146] Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Tidak ada waktu bagi seorang mukmin untuk beristirahat kecuali apabila dia telah berjumpa dengan Allah.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 15)
Teman Yang Baik
[147] Dikatakan kepada al-Hasan, “Wahai Abu Sa’id, apa yang harus kami lakukan? Kami berteman dengan orang-orang yang selalu menakut-nakuti kami sampai-sampai hati kami terbang melayang.” Maka beliau menjawab, “Demi Allah, sesungguhnya jika kamu bergaul dengan orang-orang yang selalu menakut-nakuti kamu sampai akhirnya kamu benar-benar merasakan keamanan; lebih baik daripada berteman dengan orang-orang yang selalu membuatmu merasa aman sampai akhirnya justru menyeretmu ke dalam keadaan yang menakutkan.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 16)
Buah Dari Mengingat Kematian
[148] Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata, “Beruntunglah orang yang mengingat saat datangnya kematian. Sebab tidaklah seorang hamba memperbanyak mengingat kematian kecuali akan tampak pengaruh baik hal itu bagi amalnya.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 23-24)
Mencintai Kematian
[149] Ibnu Abdi Rabbihi berkata kepada Mak-hul, “Apakah kamu mencintai surga?”. Maka beliau menjawab, “Siapa sih yang tidak mencintai surga.” Ibnu Abdi Rabbihi pun berkata, “Kalau begitu cintailah kematian, karena kamu tidak akan melihat surga kecuali apabila kamu telah mengalami kematian.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 41)
Takut Menghadap Allah
[150] Suatu hari, Hasan al-Bashri rahimahullah bertanya kepada ibunya, “Wahai ibunda, apakah engkau senang apabila berjumpa dengan Allah ta’ala?”. Maka dia menjawab, “Tidak, sebab aku telah berbuat durhaka kepada-Nya.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 44)
Menganggap Diri Bersama Mereka
[151] Abud Darda’ radhiyallahu’anhu berkata, “Apabila disebutkan mengenai orang-orang yang sudah mati, maka anggaplah dirimu termasuk salah seorang diantara mereka.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 68)
Menunggu Malaikat Maut
[152] ‘Imran al-Khayyath rahimahullah berkata: Kami menemui Ibrahim an-Nakha’i untuk menjenguk beliau, sementara beliau sedang menangis. Maka kami pun bertanya kepadanya, “Wahai Abu ‘Imran, apa yang membuat anda menangis?” Beliau menjawab, “Aku sedang menunggu malaikat maut; aku tidak tahu apakah dia akan memberikan kabar gembira kepadaku dengan surga ataukah neraka.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 77)
Antara Masuk dan Keluar
[153] al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Masuk ke dunia ini adalah perkara yang ringan. Akan tetapi keluar darinya -dengan sukses- adalah perkara yang berat.” (lihat Aina Nahnu min Ha’ulaa’i, hal. 94)
Keutamaan As-habul Hadits
[154] Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Apabila aku melihat salah seorang As-habul Hadits seolah-olah aku sedang melihat salah seorang Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah memberikan balasan terbaik untuk mereka. Mereka telah menjaga dalil (hadits) untuk kita. Oleh sebab itu kita sangat berhutang budi kepada mereka.” (lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 63 dan Manaqib al-A’immah al-Arba’ah, hal. 118)
Berpegang Teguh Dengan Sunnah
[155] Imam Abu ‘Ubaid rahimahullah berkata, “Seorang yang setia mengikuti Sunnah laksana orang yang menggenggam bara api. Dan pada masa ini, aku memandang bahwa hal itu jauh lebih utama daripada menyabetkan pedang dalam jihad fi sabilillah.” (lihat Tarajim al-A’immah al-Kibar, hal. 79)