Al Hikmah

Abu Nu’aim berkata:”Abu Ahmad Al-Hakim telah menceritakan kepada kami, Ibnu Khuzaimah telah menceritakan kepada kami, Imran bin Musa telah menceritakan kepada kami, Abdul Warits telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Juhadah telah menceritakan kepada kami, Nu’aim bin Abu Hindin telah menceritakan kepada akmi, dari Abu Hazim, dari Husein bin Kharijah Al-Asyja’i, bahwa ia berkata;

“Ketika Utsman terbunuh, pertikaian di antara kaum muslimin menjadi bertambah rumit bagiku. Maka aku berdoa: “Ya Allah, perlihatkanlah kepadaku sesuatu dari kebenaran ini yang dapat kupegang teguh.” Tiba-tiba pada waktu tidur aku bermimpi ada dunia dan akhirat yang dibatasi oleh satu dinding. Lalu aku memanjat dinding itu ternyata kudapati beberapa makhluk. Mereka berkata: “Kami adalah para malaikat.” Aku bertanya: “Kalau begitu, mana para saksinya?” Mereka menjawab: “Silakan menaiki anak-anak tangga.

Kemudian aku menaiki tangga demi tangga. Ternyata aku bertemu dengan Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam dan Ibrahim ‘Alaihissalam. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam berkata kepada Nabi Ibrahim: “Mintakanlah ampun untuk ummatku.” Beliau (ibrahim) menjawab: “Engkau tidak tahu apa yang diada-adakan oleh ummatmu sepeninggalmu. Mereka saling menumpahkan darah, membunuh pemimpin mereka. Mengapa mereka tidak melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh kekasihku, Saad (yaitu Sa’ad bin Abi Waqqash -ed).”

Al-Asyja’i berkata: “Sungguh aku telah bermimpi. Akan kuceritakan mimpiku ini kepada Sa’ad. Akupun menceritakannya kepada beliau. Dengan cerita itu , tak ada hal lain yang membuat beliau lebih gembira lagi. Beliau berkomentar: “Sungguh merugi orang yang tidak menjadi kekasih Ibrahim ‘Alaihissalam.” Aku bertanya: “Lalu Anda bersama kelompok yang mana?” Beliau menjawab: “Saya tidak bersama seorangpun di antara mereka.” Kalau begitu, apa yang Anda perintahkan kepadaku?” Tanyaku. “Apakah engkau memiliki kambing? Beliau balik bertanya. Aku menjawab: “Tidak.” Beliau berkata: “Kalau begitu, belilah seekor kambing. Peliharalah kambing itu, sampai engkau betul-betul mengetahui kebenaran.” (“Siyaru A’laamin Nubalaa'” I:120)

Dari Abdullah bin Amir bin Rabi’ah diriwayatkan bahwa ia berkata: “Ketika mereka (pemberontak -ed) mencederai Utsman, ayahku shalat di malam hari. Ayahku berdoa: “Ya Allah, peliharalah diriku dari godaan fitnah ini sebagaimana Engkau memelihara orang-orang shalih dari kalangan para hamba-Mu.” Keesokan paginya, saat ayahku keluar ternyata Utsman telah wafat.” (“Siyaru A’laamin Nubalaa'” II:335)

Sumber: Aina Nahnu Min Akhlaaqis Salaf, Abdul Azis bin Nashir Al-Jalil Baha’uddien ‘Aqiel, Edisi Indonesia “Panduan Akhlak Salaf” alih bahasa : Abu Umar Basyir Al-Medani
 
Top