Beranda
»
» Unlabelled
» Kefaqihan Terhadap Urusan Ad-Dien
Imam Adz-Dzahabi mengungkapkan dalam menuturkan biografy Khalifah Abbasiah, Al-Mustanjid Billah: “Seorang pemimpin, Apabila memiliki kecerdasan dan agama yang kuat, urusan pemerintahannya akan berlangsung baik. Apabila kemampuan akalnya lemah dan agamanya bagus, kecemburuan agamanya akan mendorong dirinya untuk bermusyawarah dengan orang-orang yang konsekuen, sehingga urusannya juga bisa berlangsung baik, kondisi juga akan berjalan baik. Namun apabila agamanya rusak meski otaknya cemerlang, negara beserta rakyatnya akan sengsara.
Kecerdasan otaknya tidak jarang malah mendorongnya untuk memperbaiki kekuasaannya beserta rakyatnya untuk urusan dunia saja, bukan untuk ketakwaan. Sementara apabila kemampuan otaknya juga lemah, agama dan akalnya juga lemah, aka terjadi banyak kerusakan, rakyat juga akan terbengkalai, dan mereka semua akan menjadi korbannya, kecuali bila masih ada keberanian, ketangkasan dan kharisma, kondisinya bisa sedikit diperbaiki.
Namun apabila ia seorang pengecut yang lemah agamanya, miskin gagasan, banyak berbuat zhalim, berarti ia mengorbankan dirinya untuk segera menerima bencana; bisa jadi ia akan diturunkan dari tahtanya atau bahkan dipenjara dan dibunuh. Duniapun tak dapat ia raih, sementara noda dan dosa sudah melumuri dirinya. Ia pun -demi Allah- akan menyesal di saat penyesalan tiada berguna lagi. Sementara kita pada hari ini amat pesimis untuk dapat memiliki pemimpin yang mendapat petunjuk Allah dalam segala sisi kepemimpinannya.
Semoga Allah memudahkan jalan untuk munculnya pemimpin yang memiliki banyak kebaikan dan sedikit kesalahan, siapakah lagi yang mampu menganugerahkannya kepada kita kecuali Dia? Ya Allah, perbaikilah rakyat dan penguasa negeri ini, sayangilah hamba-hamba-Mu, dan tolonglah pemimpin mereka dan bimbinglah dirinya dengan taufik-Mu. (Siyaaru A’laamin Nubalaa’ XX:418)
Sumber: Aina Nahnu Min Akhlaaqis Salaf, Abdul Azis bin Nashir Al-Jalil Baha’uddien ‘Aqiel, Edisi Indonesia “Panduan Akhlak Salaf” alih bahasa : Abu Umar Basyir Al-Medani