Dari Sufyan diriwayatkan bahwa ia berkata: “Al-Ahnaf berkata: “Umar bin Al-Khattab pernah mengatakn kepada kami: “Pelajarilah ilmu agama sebelum kalian memegang kekuasaan.” Sufyan berkomentar: “Karena kalau seseorang telah mempelajari ilmu agama (Islam), ia tak akan berhasrat lagi mengejar kekuasaan.” “Shifatush Shafwah II:236″
Adz-Dzahabi berkata: “Ismail bin Abdurrahman Al-Mu’addal telah mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Ahmad Al-Faqih telah memberitakan kepada kami, Muhammad bin Abdul Baqi telah memberitakan kepada kami, Al-Fadhlu bin Khairan telah memberitakan kepada kami, Ahmad bin Muhammad Ghalib telah memberitakan kepada kami dengan riwayat bacaan yang ia dapatkan dari Abbul Abbas bin Hamdaan, Muhammad bin Ayyub telah menceritakan kepada kamu sekalian, Abul Walid telah memberitakan kepada kami, Syu’bah telah memberitakan kepada kami, dari Abi Ishak diriwayatkan: “Saya pernah mendengar dari Shilah bin Zufar dari Hudzaifah bahwa RAsulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: ” Sesungguhnya aku mengutus kepada kalian seorang lelaki yang terpercaya.”.
Maka para sahabat saling menampilkan diri mereka (agar ditunjuk). Ternyata beliau mengutus Abu Ubaidah bin Al-Jarrah “Siyaaru A’laamin Nubalaa’ I:11″
Dari ibnu Sa’ad diriwayatkan bahwa ia berkata: “Abdul Aziz Al-Uwaisi telah memberitakan kepada kami, ia berkata: Abdullah bin Ja’far telah menceritakan kepada kami, dari Ummu Bakar, dari ayahandanya Al-Miswar, diriwayatkan bahwa ia berkata: “Ketika Abdurrahman bin Auf diberi mandat dalam majelis syura (dewan musyawarah pemilihan khalifah), beliau adalah orang yang paling kuidamkan untuk menduduki jabatan khalifah. Kalau beliau enggan, sebaiknya Sa’ad. Tiba-tiba Amru bin Ash menjumpaiku dan berkata: “Apa kira-kira pandangan pamanmu Abdurrahman bin Auf kalau ia menyerahkan jabatan ini kepada orang lain, padahal ia tahu dirinya lebih baik dari orang itu?” Aku segera menemui Abdurrahman dan menceritakan kepada beliau pertanyaan itu. Beliau berkomentar: “Seandainya ada orang meletakkan pisau di leherku dan menusukkannya hingga tembus, itu lebih aku sukai daripada menerima jabatan itu.” (Siyaru A’laamin Nubalaa/ I:87)
Dari Ibnu Wahab diriwayatkan bahwa ia berkata: “Ibnu Lahi’ah telah menceritakan kepada kami, dari yahya bin Sa’id, Dari Abu Ubaid bin Abdillah bin Abdurrahman bin Azhar, dari ayahandanya, dari kakeknya, diceritakan bahwa Utsman pernah mengeluh karena mimisan (keluar darah dari hidung), lalu beliau memanggil Humran. Beliau berkata: Tuliskan mandat untuk Abdurrahman untuk menggantikan aku bila aku meninggal.” Maka Humran pun menuliskan mandat itu. Setelah itu Humran datang menjumpai Abdurrahman seraya berkata: “Ada kabar gembira!” Abdurrahman bertanya: “Kabar apa itu?” Humran berkata: “Ustman telah menuliskan mandat untuk anda sepeninggalnya.” Abdurrahman pun segera berdiri di antara makam dan mimbar Rasulullah Shallallahu’alai wasallam lalu berdoa: “Ya Allah, apabila penyerahan jabatan dari Utsman sepeninggalku betul-betul terjadi matikanlah aku sebelum itu.” Tak lebih enam bulan berselang, beliaupun wafat. (Siyaru A’laamin Nubalaa/ I:88)
Sumber: Aina Nahnu Min Akhlaaqis Salaf, Abdul Azis bin Nashir Al-Jalil Baha’uddien ‘Aqiel, Edisi Indonesia “Panduan Akhlak Salaf” alih bahasa : Abu Umar Basyir Al-Medani