DOSA
[526] Dari Umar bin ‘Abdul Aziz radhiyallahu 'anhum, beliau berkata: “Aku tidak pernah berdusta saat aku mengetahui bahwa kedustaan merugikan pelakunya.” (Siyar A’lam An-Nubala, 5/121)
[527] Dari Ibnu Syubrumah rahimahullah, beliau berkata: “Aku heran terhadap orang yang menjaga makanannya dalam keadaan takut terhadap penyakit, akan tetapi dia tidak menjaga dari perbuatan dosa dalam keadaan takut ancaman neraka.” (Siyar A’lam An-Nubala, 6/348)
[528] Dari Thalaq bin Habib rahimahullah, beliau berkata: “Sesungguhnya hak-hak Allah itu lebih besar dari yang bisa hamba tunaikan dan nikmat Allah itu lebih banyak dari yang bisa dihitung. Maka hendaknya seseorang itu bertaubat di pagi dan sore hari.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 4/602)
[529] Dari Syaqiq bin Ibrahim rahimahullah, beliau berkata: “Tanda taubat ialah menangis (menyesal) atas perbuatan (dosa) yang telah dilakukan dan takut akan terjatuh kembali ke dalam dosa (tersebut), tidak bergaul dengan orang-orang yang jahat dan senantiasa bersama dengan orang-orang yang baik.” (Siyar A’lam An-Nubala, 9/315)
Tangisan Seorang Mukmin
[530] Dari Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, beliau berkata: “Barangsiapa yang ilmunya membuat dia menangis, maka dia seorang yang alim.” Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepadanya, mereka menyungkurkan muka mereka sambil bersujud.” (Al-Isra: 107)
Dan Allah berfirman: “Apabila dibacakan ayat-ayat Ar-Rahman (Dzat yang Maha Pemurah) kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan sujud dan menangis.” (Maryam: 58) (Mawa’izh lil Imam Sufyan Ats-Tsauri, hal. 132-133)
[531] Dari Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, beliau berkata: “Andai seseorang menangis pada sekumpulan manusia karena takut kepada Allah, niscaya mereka dirahmati semuanya.” “Tidak ada satu amalanpun kecuali ada timbangannya yang jelas kecuali menangis karena takut kepada Allah. Allah tidak membatasi sedikitpun nilai dari setiap tetes air matanya.” Dan beliau juga berkata: “Tidaklah seseorang menangis kecuali hatinya menjadi saksi akan kebenaran atau kedustaan dia.” (Mawa’izh lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 109)
[532] Dari Abdul Karim bin Rasyid rahimahullah, beliau berkata: Aku pernah berada di majelis Al-Hasan Al-Bashri, kemudian ada yang menangis dengan mengeraskan tangisannya. Maka Al-Hasan berkata: “Sesungguhnya sekarang setan telah membuat orang ini menangis.” (Mawa’izh lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 152)
[533] Dari Al-Imam Fudhail bin ‘Iyyadh rahimahullah, beliau berkata: “Menangis itu bukanlah dengan tangisan mata (saja). Akan tetapi dengan menangisnya hati. Sungguh, ada seseorang yang terkadang kedua matanya menangis sementara hatinya mengeras. Karena tangisan seorang munafiq adalah dengan kepalanya bukan dengan hatinya.” (Mawa’izh lil Imam Al-Fudhail bin ‘Iyyadh, hal. 54)
Dari Ilmu, Lahirlah Kemuliaan
[534] Dari Abu 'Abdillah alias Wahab bin Munabbih rahimahullah, beliau berkata: “Akan lahir dari ilmu: kemuliaan walaupun orangnya hina, kekuatan walaupun orangnya lemah, kedekatan walaupun orangnya jauh, kekayaan walaupun orangnya fakir dan kewibawaan walaupun orangnya tawadhu.” (lihat; Tadzkiratus-Sami’ Wal-Mutakallim Fil-Adaabil-Aalim wal-Muta’allim, Ibnul-Jamaah al-Kinani)