Al Hikmah

Medan Perlombaan

[506] Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: "Wahai anak Adam, jika engkau melihat manusia berada dalam kebaikan maka berlombalah dengan mereka. Dan apabila engkau melihat mereka dalam kebinasaan, tinggalkan mereka beserta apa yang telah mereka pilih bagi diri-diri mereka sendiri. Sungguh, telah kita saksikan kaum demi kaum yang lebih mengutamakan dunia daripada kehidupan akhiratnya. Akhirnya mereka menjadi hina, binasa, dan tercela." (Mawa'izh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 46)

[507] Beliau rahimahullah juga berkata: "Barangsiapa menyaingimu dalam perkara agama, maka saingilah ia (dengan penuh semangat). Dan barangsiapa yang menyaingimu dalam perkara dunia, maka lemparkanlah dunia itu pada tempat penyembelihannya (tenggorokkannya, pen.). Jika engkau melihat manusia berlomba-lomba dalam urusan dunia, maka berlombalah dengan mereka dalam urusan akhirat. Sesungguhnya dunia mereka akan sirna dan akhirat akan tetap kekal selamanya." (Mawa'izh Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 48)

Sempurnanya Suatu Amalan

[508] Abu Abdillah An-Nabaji rahimahullah berkata: "Ada lima karakter yang dengannya akan sempurna suatu amalan:
  1. Keimanan yang disertai pengetahuan yang benar tentang Allah Azza wa Jalla,
  2. Mengenal al-haq,
  3. Mengikhlaskan seluruh amalan hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala,
  4. Beramal sesuai Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan
  5. Makan dari makanan yang halal.
Apabila salah satu dari lima karakter ini hilang, maka tidak akan terangkat amalan- amalannya. Jika engkau mengenal Allah Azza wa Jalla namun tidak mengetahui al-haq, maka tidak ada manfaatnya. Dan andaikata engkau mengetahui al-haq namun tidak mengenal Allah Azza wa Jalla, juga tidak bermanfaat. Dan jika engkau mengenal Allah Azza wa Jalla, mengetahui al-haq, namun tidak ikhlas dalam amalan-amalanmu, maka tidak ada gunanya. Atau, engkau mengenal Allah Azza wa Jalla, mengetahui al-haq, ikhlas dalam amalan-amalanmu, namun tidak sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka tidak ada faedahnya. Dan andaikan keempat perkara tersebut terpenuhi, namun engkau tidak mengkonsumsi makanan yang halal, maka tidak ada manfaatnya." (Jami'ul Ulum wal Hikam, hal. 257-258)

Menuntut Ilmu

[509] Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: "Apabila seseorang menuntut ilmu, maka hal itu akan terlihat pada khusyu'nya, pandangannya, lisannya, tangannya, shalatnya, dan zuhudnya. Apabila seseorang meraih salah satu bab ilmu lalu dia amalkan, hal itu lebih baik baginya daripada dunia dan isinya."

Sahnun bin Sa'id rahimahullah berkata: "Orang yang paling berani berfatwa adalah yang paling sedikit ilmunya. (Yakni) seseorang memiliki ilmu satu bab saja, lalu dia menyangka bahwa seluruh kebenaran ada pada dirinya." (Dari 'Awa'iq Ath-Thalab, hal. 54, karya Asy-Syaikh Abdussalam bin Barjas)

[510] Az-Zuhri rahimahullah berkata kepada Yunus bin Yazid: "Janganlah engkau merasa sombong terhadap ilmu, karena ilmu adalah lembah-lembah. Yang manapun engkau tempuh, dia akan mengalahkanmu sebelum engkau mencapainya. Akan tetapi ambillah ilmu itu bersamaan dengan perjalanan siang dan malam. Dan janganlah engkau mengambil ilmu sekaligus, karena barangsiapa yang mengambil ilmu sekaligus, akan hilang pula sekaligus. Akan tetapi ambillah ilmu sedikit demi sedikit, bersamaan dengan perjalanan siang dan malam." (Dari 'Awa'iq Ath-Thalab, hal. 55, karya Asy-Syaikh Abdussalam bin Barjas)

Sikap Baik Dalam Mendengarkan

[511] Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: "Teman dudukku mempunyai tiga hak atasku: aku mengarahkan pandanganku kepadanya bila dia menghadap, aku memberikan tempat yang luas baginya di majelis bila dia duduk, dan aku memerhatikan dia bila dia berbicara." ('Uyunul Akhbar, 1/307)

[512] Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban rahimahullah dengan sanadnya sampai Mu'adz bin Sa'id Al- A'war rahimahullah, dia berkata: "Aku pernah duduk di sisi 'Atha` bin Abi Rabah rahimahullah. Seorang lelaki kemudian menyampaikan sebuah hadits, lalu ada seorang dari kaum itu yang ikut mengucapkannya." Mu'adz berkata: "'Atha` pun marah. Dia berkata: 'Sikap macam apa ini? Sungguh aku benar-benar mendengarkan hadits itu dari orang ini, padahal aku lebih tahu tentang hadits itu. Namun aku tampakkan padanya seakan-akan aku tidak tahu apa-apa."

Dia berkata juga: 'Sesungguhnya seorang pemuda menyampaikan sebuah hadits lalu aku mendengarkannya seakan-akan aku belum mengetahuinya. Padahal aku benar-benar telah mendengar hadits itu sebelum dia dilahirkan'." (Raudhatul 'Uqala`, hal. 72, Tadzkiratus Sami', hal. 105)

[513] Al-Hasan rahimahullah berkata: "Bila engkau duduk, maka hendaknya engkau lebih semangat untuk mendengarkan daripada berbicara. Pelajarilah cara mendengarkan yang baik sebagaimana engkau mempelajari cara berbicara yang baik. Dan janganlah engkau memotong pembicaraan seseorang." (Tadzkiratus Sami', hal. 105)

Menjaga Pandangan Serta Ucapan

[514] Abud Darda' rahimahullah berkata: "Wahai anakku, janganlah engkau mengikuti pandanganmu kepada setiap apa yang engkau lihat pada manusia. Sesungguhnya barangsiapa mengikuti pandangannya kepada setiap apa yang terlihat dari manusia, akan panjang kesedihannya dan tidak akan berkurang kemarahannya. Barangsiapa tidak mengetahui nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala kecuali pada makanan atau minumannya, sungguh sedikit ilmunya dan telah datang adzabnya. Barangsiapa yang tidak merasa cukup dari dunia, maka tidak ada dunia baginya." (Az-Zuhd karya Al-Imam Ahmad, hal. 196)

[515] Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: "Sungguh aku telah bertemu dengan beberapa kaum (yakni ulama), yang bila salah seorang mereka duduk bersama sekelompok orang, tentu mereka akan menganggapnya orang yang lemah -karena diamnya yang lama-. Padahal dia sama sekali tidak lemah, justru dia seorang muslim yang faqih." (Shahih Az-Zuhd, Waki' ibnul Jarrah, hal. 55)
 
Top